I HAVE WAITING FOR YOU, SARAH Namaku adalah Sarah Campbell. Aku sebenarnya bukan orang Indonesia asli jika anda melihat dari nama asliku. Ayahku berasal dari Australia dan ibuku juga sama halnya seperti aku. Dia juga campuran dari belanda dan Indonesia, tetapi bahasa Indonesia-nya fasih sekali tidak seperti ayahku yang hanya bisa mengerti bahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Aku memiliki hobby menonton film horror dan banyak sekali film favoritku yang mungkin bisa sekitar 1000 judul yang tidak bisa kuceritakan satu persatu di sini. Wajahku cukup cantik menurut orang-orang. Menurut saudara sepupuku, wajahku mirip sekali dengan Neve Campbell dan mungkin karena itu orang tuaku memberi nama Campbell di belakang namaku atau karena ayahku bernama Campbell, aku sendiri tidak tahu. Aku memiliki tubuh berukuran 170 cm dan cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan, payudaraku berukuran 36B dan sungguh kontras dengan rambutku yang berwarna kuning keemasan. Banyak sekali laki-laki di kampusku yang mengejarku, mungkin karena aku satu-satunya bule di kelasku. Aku sendiri tidak tahu. Ayahku bekerja di sebuah perusahaan finansial yang cukup terkenal di Australia dan dia sering dikirim pulang- pergi dari Australia ke Indonesia karena urusan bisnis apalagi perusahaan tempat ayahku bekerja memiliki anak perusahaan di Jakarta. Suatu hari ayahku kembali ke rumahku di Jakarta bersama salah seorang temannya yang bernama Simon. Simon adalah pimpinan ayahku dan usianya lebih tua dari ayahku, dia berusia 65 tahun sedangkan ayahku baru saja mencapai 50 tahun. Dalam kepulangannya ke Jakarta, dia membawakan film horror yang dia beli dari Sydney dalam bentuk VCD berjudul "I've been waiting for you." Malam harinya disaat orang tuaku sudah tidur, aku masih tidak bisa nonton karena aku masih penasaran dengan film horror yang dibeli ayahku. Karena penasaran ingin menonton, aku keluar kamarku dan mulai mendekati VCD yang kuletakkan di meja makan dan mulai menyetel film tersebut. Menit demi menit kulalui menonton film horror itu. Suasana hati yang dicekam oleh film horror membuatku sangat kaget apalagi disaat ada sebuah tangan yang menyentuh bahuku sehingga membuatku menahan nafas dan aku ingin sekali berteriak tetapi dengan secepat kilat, tangan itu menutup mulutku dan disaat aku menepis tangan itu dan aku kaget ketika melihat bahwa tangan itu adalah milik Mr.Simon, pimpinan di perusahaan dimana ayahku bekerja. Ketika aku memperlihatkan wajah kesal kepadanya, dia hanya berkata kepadaku "I've been waiting for you, Sarah" dan seolah- olah menirukan apa yang diucapkan oleh salah seorang karakter di dalam film horror tersebut. Aku semakin kesal karena dia mencoba menakut- nakutiku apalagi ditambah dengan suara suara background dari film yang sedang kutonton di depan mataku sehingga aku hanya membiarkan dia dan kembali menonton film yang dibeli oleh ayahku. Akhirnya aku bersama Mr.Simon menonton film tersebut dan setiap kali ada adegan yang mengejutkanku, aku sempat tidak sengaja memeluk Mr.Simon yang duduk di sebelahku. Nampaknya Mr.Simon ini melihat ketidaksengajaanku ini sebagai suatu kesempatan. Mr.Simon tiba-tiba memelukku dan mencoba menciumiku. Tentu saja aku meronta- ronta sampai tak beberapa lama dia berhasil memagut bibirku dan menciuminya dengan ganas. Wibawa Mr.Simon dan ciuman- ciumannya yang ganas membuatku terangsang dan mulai mengikuti permainannya dan membiarkan film horror yang terus berjalan. Dia mulai meraba buah dadaku yang membuat hatiku berdesir. Kemudian dia berhenti mengulum bibirku dan mulai membuka baju yang kukenakan, diciuminya bagian tengah dadaku, sambil melepas tali BH yang kukenakan. Kemudian dia mulai menggigit-gigit buah dadaku yang cukup montok. Dia melanjutkan aksinya dengan terus-menerus mencium, meraba dan menggigit kedua buah dadaku. Sambil meremasi buah dadaku, dia melepaskan rok yang kukenakan dan meraba pahaku, jantungku makin berdesir dan aku makin terangsang. Kemudian dia membuka celana dalamku dan mulai mencium serta menjilat cairan yang keluar dari sana. Aku semakin mendesah dan dengan refleks kuraba-raba sendiri buah dadaku. Sensasi yang timbul saat itu benar-benar sangat luar biasa. Tidak pernah kurasakan hal seperti ini dengan Anton, kekasihku yang satu kampus denganku sendiri. Setelah itu Mr.Simon membuka celananya dan mengeluarkan batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak dan dia mencoba memasukkannya ke dalam liang kewanitaanku. Setengah sadar aku berteriak memohon padanya untuk jangan melakukan itu karena aku akan merasa berdosa, karena aku berprinsip untuk mempersembahkan keperawananku hanya pada suamiku. Tapi Mr.Simon tidak menghiraukannya dan memasukkan batang kemaluannya dengan kasar. Aku berteriak kesakitan, sementara dia hanya mengeluh keenakan dan memuji- muji liang senggamaku dengan berkata, "Ohh.. enak Sarahh.. sempit sekali.. ohh.. sempitt sekali..!" Akhirnya aku kembali tenggelam dalam kenikmatan, tiap kocokan batang kemaluannya itu kunikmati dengan erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Sesekali dia memberikan ciuman yang dalam kepadaku, yang benar- benar kunikmati. Akhir dari semua itu adalah ketika aku mencapai kepuasanku dan baru kusadari bahwa film VCD yang aku telah tonton mesti diganti dengan disk satunya lagi untuk mendapatkan keseluruhan cerita. Dunia serasa terbalik, aku menangisi nasibku ini, tapi Mr.Simon hanya bisa menghiburku dan berjanji akan membereskan semuanya, tetapi apa yang mesti kubicarakan kepada Anton kekasihku yang sangat kusayangi itu karena sekarang kesucianku telah direbut oleh mitra kerja ayahku yang usianya jauh di atasku itu. Kemudian aku secara resmi menjadi kekasih gelap Mr.Simon. Tiap kali Mr.Simon menginginkanku, setiap kali dia mengunjungi Jakarta untuk urusan bisnis ataupun travel biasa, dia akan menelponku dan mengajakku kencan di hotel di luar kota. Tiap kali aku diberinya imbalah seribu Australian dollar. Suatu hal yang aku syukuri dan sekaligus aku merasa jijik, karena aku merasa seperti seorang pelacur. Aku semakin lama semakin benci dengan Mr.Simon karena dia terus mengejarku baik siang ataupun malam. Bahkan di suatu hari ketika aku sedang berkencan dengan Anton, dia merusak kencan makan malamku dengan Anton dengan datang ke restaurant dimana kita sedang berkencan dan menampar Anton di depan semua orang yang sedang makan sehingga aku menjadi marah dengannya dan menampar balik Mr.Simon di depan orang banyak. Melihat itu, Mr.Simon marah bercampur malu dan meninggalkan restaurant itu. Beberapa hari kemudian, Anton ditemukan tewas dimobilnya dan menurut keterangan polisi dia mengalami kecelakaan karena pengaruh ecstacy yang ditegaknya. Mendengar itu aku langsung tidak percaya karena aku mengenal Anton dan dia tidak akan melakukan hal itu semua dan aku percaya bahwa semua ini adalah akal busuk Mr.Simon yang ingin memiliki aku. Setelah masa 100 hari kematian kekasihku, Mr.Simon mengawiniku secara paksa, hal yang menurutnya adalah penebusan dari dosa- dosa yang dia lakukan terhadapku. Sebenarnya aku sudah ingin bunuh diri saja, tetapi Mr.Simon mengancam jika aku mati, maka orang tuaku juga mati. Hari demi hari berlalu dan kulewatkan sebagai istri Mr.Simon. Walaupun kami sudah resmi menjadi suami istri dan dia selalu bisa memuaskan kebutuhan batinku dari hari ke hari tetapi kebencianku terhadapnya tidak pernah berkurang. Hal ini berpengaruh dengan nafsu seks-ku dengan Mr.Simon. Aku menjadi tidak bergairah dengannya dan aku selalu melampiaskan nafsuku hanya dengan masturbasi sambil melihat foto almarhum kekasihku yang selalu kusimpan di dalam dompet yang tidak pernah kupakai. Suatu hari, aku dibelikan seperangkat desktop oleh suamiku yang sangat kubenci dan dia juga memberiku paket Internet. Hal ini dilakukan dengan alasan supaya aku tidak bosan di rumah sewaktu dia bekerja. Aku sadar bahwa semua ini dilakukan agar dia bisa memiliki banyak waktu untuk bersenang- senang dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Setelah komputer berada di rumahku, dengan pengetahuan komputerku yang sangat minim, aku memainkan mouse-ku dan akhirnya tanpa kusadari, aku masuk ke dalam website www.sumbercerita.com. Dan berikutnya aku mulai membaca cerita itu dari awal. Paragraf demi paragraf tak terasa kulalui. Luar biasa! Aku begitu terlena dan terpesona oleh cerita itu. Begitu halus, begitu artistik! Dengan piawainya si penulis menyeret diriku perlahan-lahan ke alam khayal yang sangat membangkitkan birahi. Ia bagaikan nakhoda kapal yang dengan ahlinya membawa penumpangnya menelusuri sungai tanpa goncangan dan perlahan-lahan tanpa disadari si penumpang telah berada di tengah- tengah gelombang lautan birahi. Ketika tuntas membaca cerita itu, tak kusadari tanganku sudah berada di dibawah dan mendekap selangkanganku dengan nafas terengah. Gila, pikirku. Belum pernah aku terangsang dengan hebat seperti ini. Hari-hari berikutnya kulalui dengan setiap malam membaca cerita- cerita di dalam situs www.sumbercerita.com lagi. Dan setiap kali itu pula sesudahnya akupun tak dapat tidur dengan cepat dan aku selalu mengakhirinya dengan masturbasi tanpa sepengetahuan suamiku, Mr. Simon. Aku berhari-hari termenung dan memikirkan perubahan yang terjadi dalam diriku. Sepertinya tak masuk akal bagi diriku. Bagaimana mungkin aku dapat terseret ke dalam pikiran nafsu hanya dari sebuah cerita. Akhirnya dengan perasaan ragu kutulis sebuah email ke salah satu penulis cerita yang kupilih secara random. Ia mencantumkan alamat emailnya di akhir cerita. Aku hanya menuliskan sebuah komentar singkat yang memuji kualitas cerita yang dibuatnya, sambil berharap dalam hati semoga ia tak membalas dengan sebuah "junk email". Beberapa hari kemudian ia membalas email-ku, sembari meminta maaf karena tak dapat membalas dengan cepat. Kebalikan dari yang kuragukan, ternyata ia sangat sopan sekali dan berterima kasih atas apresiasiku terhadap ceritanya. Diakhir email- nya ia menanyakan identitasku lebih jauh, sembari menyebutkan kalau dirinya berada di kota Surabaya. Ia mengaku berusia 31 tahun dan berwiraswasta dengan sebuah perusahaan kecil yang bergerak di bidang ekspor barang kerajinan. Kubalas email-nya. Dan hari-hari berikutnya pun kami mulai berteman dalam dunia internet. Kualitas komunikasi kami semakin meningkat ketika ia menyarankan untuk memasang software ICQ di komputerku dan berikutnya akhirnya aku hampir tiap hari ber- chatting ria dengannya. Bermacam-macam topik pembicaraan yang kami lakukan. Soal pekerjaan dan dunia bisnis, soal politik dan lain sebagainya. Ia benar- benar menampakkan kualitas seorang lelaki, setiap pembicaraan kami selalu berlangsung dengan intens. Ia berwawasan sangat luas, tak pernah satu topik pembicaraan pun yang tak dapat dilayaninya. Pantas cerita yang ditulisnya bermutu, pikirku. Terus terang didalam menulis cerita ini aku banyak diilhami oleh gaya penulisannya.Dan yang sangat kukagumi, sampai sejauh itu tak pernah satu kalipun ia memulai pembicaraan yang mengarah ke persoalan seks. Namun ketika aku memancingnya, iapun dengan lancar membawaku ke dalam "sex jokes" dan bahkan sesekali ia melakukan "seducting" dengan tanpa kusadari. Ia memang piawai dalam soal verbal. Suatu hari ia menawariku untuk bertemu. Hatiku berdebar tak karuan, baru pertama kali ini ia melakukan suatu dengan memulainya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. Ia mengatakan jika ada sebuah pesta ulang tahun adik perempuannya di sebuah villa pada hari Minggu dan ia mengundangku untuk hadir. Diberikannya nomor handphone adiknya dengan maksud supaya kuyakin, walaupun ia mengatakan itu agar aku bisa dipandu untuk memudahkan menemukan villa tersebut. Pada hari yang dijanjikan aku datang ke villa tersebut tanpa sepengetahuan suamiku karena suamiku berada di Miami sekarang untuk jangka waktu 1 bulan sehingga aku menganggap ini sebagai suatu kebetulan. Di villa itu banyak sekali yang datang dan suatu ketika datanglah seorang laki-laki yang cukup tampan dan tegap menghampiriku sambil menggandeng seorang wanita. Dia memperkenalkan diri sebagai teman e-mail dan ICQku selama ini, dia bernama Anton. Aku sungguh tidak percaya bahwa wajah dia sama persis dengan almarhum kekasihku yang sangat kuakungi. Sama persis seperti pinang dibelah dua. Aku berkenalan diri dengannya dan akhirnya dia memperkenalkan perempuan di sisinya adalah adik kandungnya yang dia ceritakan sewaktu di ICQ dan e- mail. Akhirnya kami tertawa berdua melihat kelakuan kami masing-masing. "Beginilah jadinya kalau sudah lama kenal tapi nggak tau orangnya.." candanya sambil mempersilakanku duduk kembali. Kami duduk berhadapan dan beberapa saat terdiam sambil saling menatap dan tertawa bersama lagi. Wah, pokoknya kikuk sekali deh waktu itu. Perlahan-lahan kemudian suasana kaku itu mulai mencair dan kami terlibat dalam pembicaraan yang akrab seperti halnya yang telah kami lakukan sehari-hari di internet. Ia mengajakku masuk ke dalam pesta itu. Suasananya sudah disetting seperti discotic, musik pun mulai berdentuman dan mereka satu persatu masuk ke arena dansa dan mulai bergoyang dengan segala macam gaya. Kami hanya bisa tertawa menyaksikan aneka tingkah para remaja ini. Dan ketika si DJ memutar lagu slow mereka pun berteriak, "Huu.." Kuperhatikan beberapa pasangan dewasa undangan orang tuanya mulai masuk dan melantai. Aku sedikit tergagap ketika kurasakan tanganku tiba-tiba sudah tergenggam dengan lembut. "Turun yuk..", ajaknya dengan senyuman mautnya itu. Mana mungkin kutolak, batinku. Ketika aku hendak melangkah ke arena dansa, ia menggapai lenganku. "Di sini aja.." tukasnya. Akhirnya kami mulai mengambil posisi di sebelah tempat kami duduk. Ia memulainya dengan menggamit lengan kiriku dan meletakkan lengannya yang lain di pinggangku. Aku segera mengatisipasinya dengan sedikit merapatkan tubuhku dan meletakkan tangan kananku di bahunya. Kami berdansa dengan mata saling berpandangan. Oh betapa syahdunya, kupuaskan diriku dengan memandang wajahnya yang memabukkan itu. "Kamu cantik.." bisiknya dengan tatapan matanya yang tak pernah lepas memandangku. Pujiannya semakin membuat diriku mabuk kepayang, tak kusadari tanganku mulai meremas bahunya. Wajahnya semakin lama semakin mendekat ke wajahku, hatiku pun berdegup kencang. Dan ketika hidung kami bersentuhan, kupejamkan mataku. Tak lama kemudian kurasakan sebuah kecupan di pipi! Ahh.., keluhku dalam hati. Ia melepaskan genggaman jemarinya pada tanganku dan melingkarkannya di pinggangku. Kurebahkan wajahku di bahunya dan menghadap ke arah lehernya, terhirup olehku aroma khas parfum lelaki dari lehernya. Kami tetap bergoyang perlahan mengikuti alunan lagu. Nyaman sekali rasanya didekap olehnya, kupejamkan mataku. Iapun tak lebih dari mendekapku. Timbul keinginan nakal dariku untuk menggodanya. Kudekatkan wajahku lebih jauh lagi ke lehernya hingga dapat kurasakan nafasku sendiri. Perlahan kuturunkan tangan kananku hingga bertengger di dadanya. Dengan perlahan dan tak kentara jemariku menelusuri dadanya hingga kutemukan puting dadanya dibalik t-shirt yang dikenakannya. Sesaat kemudian dengan lembut dengan satu jariku kuusap-usap puting dadanya yang semakin lama semakin terasa menonjol. Ia hanya bereaksi sesaat dengan mengencangkan dekapan tangannya pada pinggangku. Tak lama kemudian kurasakan sesuatu mengganjal di bagian perut bawahku dan semakin lama ganjalan itu semakin terasa. Tetapi hebatnya hingga lagu itu usai ia tak melakukan apapun lebih dari sekedar mendekapku. Usai berdansa, kami hanya duduk, menikmati minuman dan tak banyak berbincang, apalagi ditengahi oleh suara musik yang hingar bingar. Akhirnya kami bosan dan memilih untuk keluar dari ruangan itu. Dengan bergandengan tangan kami menyelusuri pekarangan villa yang sangat luas itu. Kami lebih banyak terdiam dan menikmati pemandangan alam. Aku sendiri sudah merasa kehabisan topik pembicaraan, kupikir sudah waktunya aku untuk pamit. "Kayaknya udah waktunya aku pulang.. biar nggak kemaleman di jalan..", kataku memecahkan keheningan di antara kami berdua. "Kamu nggak bisa lebih lama lagi di sini..?" ia menatapku dengan wajah penuh harap. "Masih ada hari esok.." jawabku. "Trims yaa.. kedatangan kamu berarti sekali buatku.." ucapnya membuat hatiku berdebar. Perlahan kemudian ia semakin mendekat dan kemudian merengkuh bahuku, membuatku jatuh dalam pelukannya. Ia menatapku dengan tatapan tajamnya yang mempesona itu. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku. Jantungku semakim berdebar kencang, kupejamkan mataku. Sesaat kemudian kurasakan sebuah kecupan, lagi-lagi di pipi! Tak kusadari ada kekecewaan dalam hatiku, kubuka mataku, kulihat sebuah senyum tersungging di bibirnya. Namun sesaat kemudian, bagaikan bisa membaca isi hatiku ia mendaratkan ciumannya di bibirku. "Ohh.., serasa lemas tubuhku.." Kupejamkan mataku menikmati ciuman lembutnya di bibirku, dunia serasa berhenti saat itu. Aku seakan tak ingin melepaskan ciuman di bibirku, dan ketika ia melepaskan ciumannya dengan tak kusadari kedua tanganku serta merta merengkuh lehernya dan menariknya kembali untuk berciuman. Kali ini ia lebih agresif, kurasakan gerakan bibirnya semakin intens dan akupun sudah tak sanggup menahan diri lagi. Kulumat bibirnya dengan gemas. Sesaat kemudian lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, menyapu dengan mesra. Ahh, dengan gemas kupilin lidahnya dengan lidahku. Dengan nafas terengah-engah kami berdua menghentikan adegan ciuman panas itu. Dengan erat kupeluk dirinya, kurebahkan wajahku di dadanya dengan mata terpejam. Sampai beberapa saat kami berdua saling berdiri dan berpelukan atau malah tepatnya aku yang memeluknya, bagaikan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. Hingga diriku tersadar dengan apa yang telah kulakukan. Ohh, betapa malunya aku saat itu, dengan gugup kulepaskan pelukanku. Tak sanggup aku menatapnya saat itu, dan mungkin saat itu wajahku sudah merah padam menahan malu. "Ayo.. kuantar ke depan.." ucapnya lembut. Dengan lembut ia merengkuh bahuku ketika kami berjalan ke arah tempat mobilku terparkir. Kunaiki mobilku dan mengendarainya pulang dengan hati penuh warna. Sesampai di rumahku, aku mendengar dari Televisi bahwa pesawat yang ditumpangi oleh suamiku sewaktu pulang dari Miami mengalami kecelakaan dan aku tersenyum simpul terhadap diriku karena aku bisa dengan bebas menemui Anton yang sangat kudambakan karena kemiripan namanya dan wajahnya yang mirip dengan almarhum kekasihku yang meninggal dahulu. Tepat ketika televisi kumatikan, Anton datang ke rumahku dan mengagetkan diriku yang masih terbengong- bengong di sofa. Anton datang ke rumahku karena dia mengaku bahwa dia ingin memulangkan saputanganku yang baru kusadari bahwa aku meninggalkannya di villa rumahnya. Aku mengucapkan terima kasih kepadanya dan aku memeluknya dengan mesra. Kedua tangannya itu kemudian beralih melingkari pinggangku, beberapa saat ia mendekap tubuhku dari belakang. Ohh, aku hanya bisa dengan pasrah menyandarkan tubuhku ke belakang. Berikutnya kurasakan sebuah benda lembut dan basah menempul di bahu kiriku dan sesaat kemudian ia mulai mengecupkan bibirnya itu. Bulu kudukku mulai merinding ketika kecupan bibirnya bergerak semakin ke atas di leherku. Tanpa kusadari mulai terdengar desah lembut dari balik bibirku, kuresapi kenikmatan bibirnya yang perlahan-lahan mengecup bagian belakang leherku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan kedua tanganku mengusap- usap kedua tangannya yang melingkari perutku, kurasakan sesuatu yang mengganjal di pinggulku, semakin lama semakin terasa dan mengeras. Dan ketika kurasakan jilatan lidahnya di balik cuping telingaku aku pun menggelinjang dengan tubuh mulai gemetaran. Aku tak tahan lagi, kulepaskan dekapan tangannya. Aku segera membalikkan tubuhku dan memeluknya, kulingkarkan kedua tanganku pada lehernya dengan bernafsu kutarik wajahnya mendekat dan sesaat kemudian kami sudah tenggelam dalam sebuah ciuman yang dahsyat. Bagaikan sedang berlomba aku dan dia saling melumat bibir, saling berusaha meneroboskan dan memilin lidah. Kedua wajah kami saling oleng kesana kemari semakin lama dekapan tangannya di pinggangku semakin kuat, kedua tangannya pun mulai sesekali meremas kedua belah pantatku. Aku baru menyadarinya ketika kami saling melepas ciuman untuk mengambil nafas. Dengan nafas terengah kami berdua saling menatap. Kedua dada kami naik turun mengimbangi nafas yang terengah-engah. Saat itulah kusadari ketika kurasakan betapa kedua puting buah dadaku terasa geli. Darahku semakin mendesir ketika aku berusaha melihat ke bawah, terlihat olehku sebuah pemandangan yang bagiku sangat mempesona, kedua buah dadaku ternyata telah polos dan tergencet oleh dadanya yang penuh oleh bulu itu. Engahan nafas yang membuat dada kami naik turun itu justru membuat bulu-bulu di dadanya secara otomatis menyapu-nyapu permukaan buah dadaku, "Ouchh gelinya.." Beberapa saat kemudian ia menggenggam kedua jemariku dan perlahan menarikku ke arah tempat tidur. Dan disaat ia melangkah mundur itulah handuk yang tadinya masih tertahan di pinggangku akhirnya jatuh ke lantai. Aku sudah tak memperdulikannya lagi, nafsu birahiku sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Ia berhenti di sisi ranjang dan berdiri tertegun, kedua matanya tak henti- hentinya menatap dan menjelajahi seluruh tubuhku. Kutahu saat itu ia tengah terpesona oleh keindahan tubuhku yang putih mulus dan padat berisi yang baru pertama kali dilihatnya. "Aachh.. aku tak kuasa menahan tatapan matanya itu." kupejamkan kedua mataku, kubiarkan ia menikmati pemandangan indah dari tubuhku itu sepuas hatinya. Aku baru membuka kedua mataku ketika ia dengan perlahan menarik tubuhku hingga terjatuh di ranjang. Dan sesaat kemudian kami pun sudah bergumul di atas ranjang. Ia yang kukenal lembut itu ternyata berubah menjadi buas di atas ranjang. Bibirnya tak henti-henti melumat bibirku seiring dengan kedua tangannya yang menjalar kesana kemari di sekujur paha dan pinggulku. Dan nafsuku semakin menggelora ketika ciuman dan lumatan bibirnya bergerak ke arah dadaku, tubuhku terguncang bagaikan dialiri arus listrik lemah ketika bibirnya melumat dengan lembut puting buah dadaku. Ohh.. nikmatnya saat itu. Kesadaranku sudah timbul tenggelam diantara kenikmatan yang kurasakan dan menyadari apa yang dilakukannya, kedua mataku pun sudah terpejam rapat, kedua bibirku tak mampu lagi menahan desah dan rintihanku. Aku hanya sesaat membuka kedua mataku ketika kurasakan ia mulai menindih tubuhku. Tatapan mataku jatuh ke wajahnya yang tampak penuh nafsu. "Ahh.. inilah saatnya", pikirku. Dengan perasaan campur aduk tak karuan aku mulai memejamkan mataku. Dan debar jantungku semakin kencang ketika sesaat kemudian sesuatu yang hangat dan kenyal terasa menempel dengan kuat di bagian depan kewanitaanku. Menyadari apa yang tengah terjadi itu ternyata memicu kesadaranku untuk kembali melambung tinggi entah ke mana. Kupeluk punggungya dengan rapat dan secara reflek kedua lututku naik sedikit ke atas. Kurasakan desakan di bagian depan kewanitaanku semakin bertubi-tubi dan bertambah kuat menimbulkan rasa geli dan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Mulutkupun tak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan suara desah dan rintihan ditingkahi oleh suara nafas memburu darinya yang masih belum dapat menerobos ke dalam kewanitaanku. Berikutnya aku mulai tenggelam di dalam alam ketidaksadaran yang penuh nikmat. Setelah kejadian itu, Aku dan Anton kembali menjadi seorang kekasih walaupun kusadari bahwa Anton yang kukenal sekarang memiliki perbedaan sifat dan hobby dari Anton yang dulu kukenal. TAMAT: